Sunday, December 13, 2015

Waiting for .


The way sadness works is one of strangest riddles of the world.
---

Menunggu?
Sungguh ini bukan suatu pekara yang mudah. Sejak saat itu menunggu bagiku adalah hal yang paling memuakkan. Dikala apa yang ditunggu itu sulit untuk ditunggu, lalu kapankah penantian ini berujung dan berakhir indah?

           Sama seperti daun jatuh yang tidak pernah membenci keadaan, mengikhlaskan semua kejadian dan membiarkan dirinya jatuh dipermukaan. Bagaimana bisa melawan? Jika dengan menerima keadaan saja sudah menjadi hal paling layak untuknya. Hanya perlu memaafkan dan menerima keadaan, walau dengan kejadian sedih yang menyakitkan.

Ada kalanya kita perlu menerima semua kenyataan bahwa ada orang yang di ciptakan untuk ada hanya di dalam hati kita, bukan di dalam hati kita. Seperti kamu yang selalu membuatku memaafkan seluruh hal yang mungkin wanita lain tidak bisa, tetapi aku bisa. Kamu yang selalu membuatku rindu dan kamu yang membuatku selalu percaya bahwa suatu hari nanti akan hadir sejengkal didepan penglihatan, kembali lalu menetap dalam hati.

            Lekaslah kembali dengan pemikiran serta hati yang telah bersedia menjadi lebih baik. Tak perlu utuh. Karena aku sendiri akan membantumu untuk membuatnya kembali utuh dan lebih baik dari ini. Ambil semua yang kau butuhkan, tapi jangan cabut semua rasa yang kurasakan. Bisakah?

Hari berganti hari, dan aku seperti menunggu tanpa tau apa yang sedang kutunggu. Seperti ingin pergi tanpa tau apa yang harus di tinggalkan. Berdiri di tengah-tengah kondisi yang tidak memberikan kepastian dan perlahan-lahan tersakiti oleh kesunyian. 

Seperti hujan malam ini, kenanganmu jatuh satu persatu ke permukaan, memaksaku untuk menikmatimu dalam balutan kesunyian. Hujan, bukankah kita pernah menikmatinya bersama? Kamu selalu berkata bahwa hujan selalu indah walaupun ada yang selalu indah setelah hujan reda. Memang indah, tidak ada yang salah dengan hujan. Hanya saja hujan selalu membawa kembali bayangmu dalam ingatanku, datang dan kembali tanpa tau bagaimana untuk menghentikannya.

           Mungkin memang benar bahwa sebenarnya pilihan terbaik dalam hidup adalah menerima semua kenyataan. Kenyataan bahwa sekarang bumi sedang berputar dan aku tidak bisa melihat bintang dalam kegelapan malam. Dan seperti halnya semua pertanyaan yang selalu beriringan dengan jawaban, untuk menemukan keduanya, kita membutuhkan waktu. Mungkin sekali lagi waktulah yang menjadi peran utama dalam tragedi penantian tak berujung ini.

Seseorang berkata padaku bahwa :
" Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka ia akan bisa melupakan, dan hidup bahagia. Tetapi jika ia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan."
Tere Liye -Hujan.