Wednesday, August 1, 2018

Kado dariku, untukmu.

          Tulisan ini ditulis pada suatu perjalanan dari Bandung menuju Bekasi; untukmu.

          Entah dengan alasan apa aku berani menjatuhkan hati kepadamu saat itu. Kita hanya dikenalkan oleh seorang teman dan bertukar kabar melalui media sosial. Aku yang terlalu mau, atau kamu yang terlalu teburu-buru kala itu? Entahlah untuk apa terus kupikirkan, bahkan kini kamu hanya bisa kukenang dalam sebuah angan.

Aku selalu meyakini bahwa tidak ada hari yang buruk, bahkan hujan pun tidak akan selalu turun. Karena bagiku semua ada masanya, begitu juga rasa dan harapan yang dipaksa untuk patah. Aku percaya pasti ada alasan yang cukup kuat dibalik rasa dan harapanku yang sengaja kau patahkan; hanya saja aku tidak ingin mengetahuinya, simpanlah.

          Kita pernah berjanji untuk bertemu, sebelum pada akhirnya kita berpisah. Ya aku masih sangat ingat untuk janjiku yang itu. Tapi maaf kali ini aku akan menjadi pecundang yang mengingkari satu janjiku kepadamu, dan aku telah membuat keputusan untuk tidak menemuimu sampai kapanpun itu. Aku tau kamu pasti sangat membenciku, tapi aku pun sama denganmu; sama-sama memiliki alasan yang kuat untuk suatu keputusan yang telah kita buat.

Aku puas dengan keputusanku untuk tidak pernah menemuimu, karena mungkin lebih baik kita menjadi tau, kenal hingga kecewa dari media sosial seperti semua katamu tentang duniaku; dunia media sosialku. Aku yang katamu terlalu mewah dan susah diajak untuk hidup biasa-biasa saja. Aku yang katamu tidak tau arti kata berjuang dan selalu menghambur-hamburkan uang. Aku yang katamu terlalu classy hingga nanti susah kau ajak beradaptasi. Dan masih banyak kata-katamu yang pada akhirnya membuatmu untuk pergi tanpa mencari bukti.

          Aku tidak ingin membenci, sungguh. Hanya saja kali ini aku kecewa, dari sekian banyak hal kenapa kepercayaankulah yang dengan sengaja kau patahkan?

Tapi aku percaya akan selalu ada obat untuk setiap perasaan yang tersayat, dan selalu ada kesembuhan disetiap rasa yang dikecewakan. Tidak ada yang salah. Mungkin kamu tidak berniat untuk menyakiti, dan aku pun tidak pernah berkeinginan untuk melukai. Kita hanya dipaksa oleh keadaan, dimana tak ada lagi jalan untuk kita saling membahagiakan. Maka biarkan ini menjadi alasan kita untuk menyerah pada keinginan.

Bahwa semesta selalu memiliki cara untuk melepas apa yang menurutnya tak pantas. Memisahkan apa yang dianggapnya meresahkan. Dan mematahkan apa yang memang tak layak untuk dipertahankan.

          Terimakasih telah membuatku membuka mata, setelah hati kau buat cukup terluka; terimakasih telah membuatku percaya bahwa yang lama kenal belum tentu mengenal dan terimakasih telah mendewasakan meski dengan cara yang sangat mengecewakan.
Selamat ulang tahun (bunga matahari)
dari aku; seseorang yang pernah ada namun ditiadakan olehmu.