“It is difficult to
know at what moment love begins,
it is less difficult to know that it has begun”
Henry Wadsworth Longfellow
it is less difficult to know that it has begun”
Henry Wadsworth Longfellow
Sesuatu yang membuatmu pergi, pada saatnya akan
menjadi sesuatu yang membawanya pulang kembali. Sesuatu itu berwujud satu,
tetapi memiliki dua nama yang berbeda, luka
dan kenangan. Yang satu
membuatmu ingin melangkah jauh, dan satunya lagi memaksamu untuk mendekat .
Seseorang di halaman lama terus saja bermunculan dalam
ingatan, ketika aku sudah mulai menata dan mebuka hati dengan lembaran yang
baru. Seakan jalan di tempat, membiarkan dia yang dulu pernah ku sayangi tetapi
pada akhirnya dia lebih memilih orang lain, dan kini membiarkan bayangnya untuk tetap tinggal dalam hati.
Bagiku, sepahit apapun hal yang pernah dia berikan, akan selalu terasa manis
jika dialihkan dengan kenangan-kenangan yang pernah kita jalani berdua. Tidak
semua wujud mencintai harus menjadi sebagian dari hidupnya atau membiarkan
seluruh penghuni galaksi bimasakti mengetahui status hubungan kita. Terkadang
wujud mencintai bisa juga berupa memilih untuk pergi dan membiarkan dia pergi
atas kebahagian yang ingin dia cari, walaupun bukan denganku.
Menyakitkan adalah ketika kamu
kembali, menawarkanku kasih sayang yang kukira itu adalah cinta, tetapi kenyataannya
semua dijadikan permainan semu yang meletakkan aku sebagai korban. Lantas,
apakah masa depan yang selalu kau bisikkan hanyalah impian yang takkan pernah
menyentuh kenyataan? Lalu apa arti dari semua perhatian yang hanya kutujukan
secara khusus untukmu? Apakah semua yang kulakukan tak pernah terasa special
dalam hari-harimu?
Semua sangat begitu asing, walau pada awalnya kita pernah
merancang semua mimpi kita bersama. Kini yang kulihat hanya semua angan dan
hayalan kita yang melambung tinggi dan mungkin akan kubiarkan harapan itu
menghilang tersapu oleh angin. Aku belajar ikhlas dari rasa kehilangan, mungkin
ini semua balasan untukku karena pernah membuatmu sakit. Tetapi satu hal yang
harus kau tau, kemana pun arah kaki ini melangkah, pada akhirnya ia berjalan
menujumu.
Telah
kulupakan permainan sengit yang kau buat. Aku menghardik langkahku untuk
menjauhimu, aku memaksa hatiku untuk menutup rapat semua kenangan tentangmu,
dan aku terus berusaha mematikan seluruh saraf otakku agar bisa membunuh semua
memori akanmu. Apakah aku jahat? Setelah sekian lama dengan jarak sejauh ini
aku masih bisa merindukanmu dalam diam, mencintaimu dalam memori, dan ditemani
bayanganmu dalam sepi, tetapi kau lebih memilih dia yang entahlah aku tak ingin
membandingkanku dengan wanita itu. Karena akan terlalu menyakitkan jika kupilah
satu persatu akanku dengan dia.
Jarak memudarkan bukti perasaan. Mungkin karena mimpimu dan
mimpiku berbeda, perasaanmu dan perasaanku tak lagi sama, rosario digenggamanmu
dan tasbih dalam genggamanku; kita berbeda. Pada awalnya aku menerima perbedaan
ini, dan akan berusaha menerima segala cobaan yang telah menanti kita diujung
jalan. Karena bagiku, perbedaan akan menyatukan segalanya, kelebihanmu akan
menutupi kekuranganku, begitu pula sebaliknya. Namun ternyata cinta bisa
membuatku tanpa sadar berkorban untuk seseorang yang bahkan tak lagi
menganggapku ada. Satu lagi hal yang menyakitkan, ketika harus mengingat semua
pengorbanan yang pernah kulauin tanpa pamrih.
Kali
ini aku tak ingin mengetahui semua tentangmu disana, cukup aku mendengar bahwa
kamu baik-baik saja itu sudah memuaskan hatiku. Akan ada saatnya keadaan
berbalik, kamu yang diam-diam mengenang tentang kita, merasa tersakiti oleh
kerinduan, dan aku akan tertawa puas dengan seseorang suatu saat nanti. Aku pun
tak ingin pesimis, menganggap bahwa aku tak akan berhasil melupakanmu. Kau
memang yang pertama yang bisa membuatku jauh lebih dari berarti, tetapi tak
selamanya yang pertama akan menjadi yang terbaik. Aku cuma butuh waktu dan kesiapan,
untuk menemukan yang terakhir dan kesiapanku menguncimu serta kenangan kita
rapat-rapat disudut kenangan.
Je me souviens, phy.