Tahukah kamu?
Yang kamu berikan untuknya
sekarang, adalah yang pernah kudapatkan dulu. Yang membuat dia jatuh cinta
hingga bercerita dengan bangga kepada teman dan keluarganya, adalah yang
kulakukan berulang-ulang dulu. Yang membuatnya tersenyum dibalik pesan-pesan
mu, adalah yang dulu membuatku bertahan selama itu. Yang dulu ku akui dalam
hati dan tidak pernah berhenti kupamerkan sana sini, ternyata kini aku
tergantikan dengan yang lain.
Jadi, bagaimana rasanya menyesal?
Sesak. Banyak sekali hal yang
seharusnya bisa kita selesaikan, namun bodohnya aku memilih untuk meninggalkan
dan kamu menduakan. Bukan dia yang membuatku marah karena menggantikan posisiku
di duniamu, aku hanya menyesali betapa mudahnya aku memberikan kamu kepada
orang lain hingga lupa seberapa besar dan jauh usaha kita selama bertahun-tahun
untuk selalu menjaga dan juga bersama. Tidak ada lagi usahaku dalam
mempertahankanmu untuk terakhir kali, padahal aku sadar bahwa setelah semua ini
aku akan susah untuk melalui semuanya sendiri.
Ternyata benar, menyembunyikan
kebohongan bahwa aku baik-baik saja tanpamu selama ini tidak semenyenangkan dan
semudah yang aku pikir. Aku selalu berusaha menjawab segala
pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan keberadaanmu dan bagaimana kabarmu, mana
aku tahu, toh selama ini kita memutuskan untuk tidak bertemu dan memberi kabar
demi menjaga apa yang memang perlu dijaga. Aku yang selalu berusaha untuk
menahan tidak mengingat ada memori apa dibalik semua foto-foto kita, walaupun
akhirnya secara tidak sadar teringat beberapa percakapan dan juga kenangan
didalamnya. Lelah. Aku pikir ini hanya masalah waktu dan semua akan berlalu,
ternyata aku salah, semakin lama ternyata aku semakin larut didalamnya. Tidak
bisa keluar, walau banyak orang menjulurkan tangan. Bukan tidak bisa, mungkin
aku saja yang tidak siap atau takut untuk memulai semua dari awal.
Beberapa kali aku memanfaatkan
akun media sosial milik teman, atau sengaja membuat akun palsu hanya untuk
melihat bagaimana kabarmu dan apa saja aktivitasmu. Tempat yang kamu kunjungi
bersamanya, bukankah itu tempat-tempat kita dulu, dan kini kamu lakukan
bersamanya? Mengapa tempat-tempat yang menceritakan kita, dengan mudah kamu
datangi untuk mengukir cerita baru dengannya? Bahkan aku tidak pernah dengan
sengaja mengajak orang lain untuk mendatangi tempat-tempat yang kita habiskan
untuk berdua, dulu. Bukankah melakukan hal dan mendatangi tempat yang sama
seperti dulu akan membuatmu mengingat masa lalu? Atau bahkan tidak sama sekali?