Sudah lama dari hari dimana aku tidak membahas tentang kita, tentang
kita yang tidak akan pernah selesai dengan sebuah kata-kata. Kamu, yang selalu
hangat lebih dari mentari pagi. Yang terbit bukan dari Timur, melainkan dari
dalam hati. Ada banyak cara untuk mencintai, dan beberapa orang melakukannya
dengan cara yang sederhana namun tetap bermakna. Dan kali ini, aku tidak memaksakan
usahaku agar Nampak dimatamu. Akan aku lakukan secara sederhana, karena dunia tidak
perlu tahu bahwa seseorang sedang mencintaimu. Mungkin ini akan menghabiskan
banyak sekali tenaga hanya untuk menyimpannya rapat-rapat dalam hati, agar kamu
tidak berubah lalu pergi.
Ternyata semakin samar usahaku menaklukanmu sebagai pemilik hati,
semakin kuat pula rasa sakit dan luka yang melekat pada diri. Melihatmu yang
semakin lupa diri hingga memposting hal-hal yang memancing benci, membuatku
seakan “sepertinya memang sudah tidak bisa diapa-apakan lagi” sekalipun
aku berusaha menjadi paling dominan di sisi, yang selalu ada baik dari fisik
maupun materi, sepertinya itu tidak akan cukup untuk membuatmu bertahan disini.
Butuh waktu lama untuk mencari cara agar aku bisa sepenuhnya merelakan,
tidak peduli lagi dengan segala perbuatan hingga semua postinganmu di sosial
media, atau bahkan sekedar membalas pesan singkat di Line ataupun WA.
Kamu,
tidak sepatutnya datang dan pergi seperti ini, memperjelas
kebodohan bahwa aku lagi-lagi sedang dimanfaatkan. Mungkin ini akan menjadi hal
paling murahan bagimu, tapi mengertilah bahwa ini bukan seperti aku, wanita yang
mudah menaruh rasa dan hati pada seorang pria, apalagi seperti mu. Bagiku, kamu
adalah teman dan juga lawan yang suatu waktu bisa menghancurkan. Lucu, hingga
untuk meluapkan benci karena diperlakukan seperti ini pun aku tidak mampu,
apalagi merelakan kamu yang mungkin suatu saat nanti benar-benar lupa dengan semua
apa-apa yang telah aku bagi dan beri.
Aku,
Aku hanya wanita yang tidak pernah bisa menolak untuk menyambutmu pergi dan kembali,
Semoga kamu lekas mengerti, apa arti ketulusan yang telah ku beri selama
ini. Menanti bukan hal yang mudah, tapi aku yakin pilihanku takkan salah. Untuk
sebuah cinta, aku hanya perlu menerima lalu berkorban, sebesar tekad yang ingin
ku menangkan. Tapi setelah perjalanan Panjang ini, aku sedikit mengerti bahwa
hati sudah tidak cukup besar kapasitasnya untuk menanti dan kaki sudah tidak
cukup kuat untuk berlari lagi. Jika kamu masih ingin bermain, maka teruskanlah.
Kamu pasti temukan akhir dari datang dan pergimu. Entah itu memilih untuk
tinggal dengan hatiku, atau pergi dan menghilang lagi.
Jika baru tumbuh satu, sudah tercabik oleh waktu.
Apakah sanggup menahan pilu dikala tumbuh seribu? Apa memang kemerdakaan hati ini pun bukan milikku?
No comments:
Post a Comment