Selamat malam kamu yang entah mengapa terasa semakin menyakitkan.
Aku tak pernah sesedih ini, ketika harus mengetahui bahwa
semua yang kulakukan adalah sebuah kesia-siaan, ketika harus mengetahui
ternyata yang aku pertahankan adalah sebuah kebohongan, dan ketika menyadari
bahwa selama ini aku terlalu lama menggantung dalam ketidak pastian. Aku takut
untuk mengetahui kenyataan yang ada, aku terlalu takut untuk mengingat semua
janji manismu yang enggan menyentuh cerita akhir, aku takut kehilangan kamu
lagi.
Aku tidak pernah sesedih ini ketika harus membuka dan
membaca pesanmu dilayar handphone ku. Sebelumnya aku selalu tersenyum
membacanya, setelah seharian kita bertemu di kelas dan malam harinya kau masih
menyempatkan waktumu untukku. Namun mengapa sekarang berbeda, apa mungkin aku
yang salah? Apa mungkin aku mengingatkanmu untuk merubah hal jelekmu ke lebih
baik itu juga salah? Lalu jelaskan seperti apa yang kau anggap benar, jelaskan
padaku apa yang kau inginkan.
Aku sudah lelah harus mempertahankan sesuatu yang belum
tentu mempertahankanku pula. Kenyataan yang harus mampu ku ketahui adalah, kamu
hanya pandai untuk melukaiku, bukan mencintaiku selayaknya aku mencintaimu.
Seandainya hari ini aku menghilang dari peredaran bumi, apakah yang akan kau
lakukan? Mencariku? Ah kenapa aku terlalu berharap akan sesuatu yang tidak
mungkin kau lakukan. Mungkin saja kau akan jauh lebih bebas dan bahagia
tanpaku, jika memang iya, akan ku coba untuk menjauhkan diri dari pandanganmu,
anggap saja kita tidak saling kenal. Sudah cukup?
Kadang kamu tak punya kacamata yang pas untuk melihat cinta
yang sebenarnya harus kau perjuangkan, sehingga kadang kamu jauh lebih
merelakan dan menganggapnya abu-abu dan tak benar-benar ada. Jika memang aku
bukan siapa-siapa, mengapa kau terlihat menganggapku segalanya? Mengapa harapan
yang kau tunjukkan begitu kuat? Apakah yang kau kira cinta hanyalah permainan
semu yang meletakkan aku sebagai korban?
Kenapa harus aku?
Sungguh awalnya aku sempat percaya dengan semua yang melekat
dalam pertemuan kita. Ada bahagia saat itu, ketika seluruh perhatianmu hanya
tertuju padaku, ketika kau mulai pesimis dan ingin berusaha jadi lebih untukku.
Kau terlihat bersinar diantara mereka, dan sudah sepatutnya semua pria cemburu
padamu. Seiring berjalannya waktu, ku sadari aku terlalu bergantung terhadapmu.
Entah mengapa kau telah merubah diriku menjadi seseorang yang bahkan sulit
untuk kukenal. Kau mudah menyakiti, kau mudah melukai, aku hanya bisa menangis
lalu memaafkan dan semua kembali sedia kala layaknya tak pernah terjadi
apa-apa.
Mengapa harus aku? Lagi dan lagi
Rasanya aku tak berdaya, kau membuatku menjadi wanita yang
buta rasa dan tuli keadaan. Aku bahkan tak bisa membandingkan mana luka dan
mana bahagia. Tak ada yang bisa ku eja dari duniamu, aku merasa jauh dan buta
arah hatimu. Tapi entah mengapa aku tak dapat terlepas dari jerat itu, dan
bahkan kesakitanmu sudah menjadi hal yang lumrah bagiku. Aku terlalu menganggap
semuanya sederhana, hingga luka dan tangis melebur menjadi satu. Aku terlalu
sering merasakannya, apa mungkin itulah sebabnya perasaanku mati, hingga aku
sulit untuk membedakan mana kesakitan dan kebahagiaan. Betapa kau sulit untuk
mengertiku, pahamilah bahwa aku telah membunuh akal pikiran sehatku sendiri
hanya untuk membuatmu hidup dan berdetak dihati ini.
“Dia yang kamu cinta adalah seseorang yang paling sering
membuatmu kecewa, tak perduli betapa sakitnya, kamu masih tetap ingin
bersamanya”
No comments:
Post a Comment