Waktu merangkak begitu cepat, tak terasa ini adalah tahun kedua ku melewati angka 13, bedanya hanya saja kini kulewati sendirian. Semua telah berevolusi cepat, begitu juga waktu, begitu juga kamu, begitu juga kita. Entah kata-kata trakhirmu sebelum kata KITA terhapus masih saja terus menghantui sudut otakku, melayangkan kenangan dan menuai perih. Kamu bilang bahwa hanya aku, tetapi ada dia. Kamu bilang tak akan bisa terganti, tetapi tergantikan. Kamu bilang tak akan terlupakan, tapi kamu melupakan. Kadang kusinggung sedikit tentang kenangan yang pernah kita buat dulu, tapi kamu seakan tak pernah mengingat sedikitpun KITA dulu.
“Setiap hujan ada dua hal yang selalu ku ingat, kamu dan
kenangan kita sewaktu hujan”, begitu katamu. Dan lagi-lagi hujan menjadi peran
aktif untuk menghidupkan semua kenangan yang telah mati, aku sudah bosan harus
kalah dengan kenangan, aku telah berusaha untuk berlari melewati lorong gelap
tetapi mengapa bayangmu selalu saja mengikuti. Aku bergidik kaku setiap harus
melihat tingkah lakumu yang membuatku enggan memalingkan pandanganku, aku
selalu saja tak bisa menyembunyikan rona wajahku ketika harus teringat bahwa
senyum itu dulu hanya untukku, aku selalu saja tak bisa berhenti merekam semua
tingkah laku bodohmu yang selalu saja membuatku… entah mungkin aku hanya rindu.
Pada awalnya susah memang meyakinkan kenyataan bahwa kamu
sudah tidak ada dalam semestaku, aku yang telah lancang membawamu masuk
keduniaku lalu dengan mudah kulepas tanpa perasaan sedikitpun. Mungkin kamu dan
mereka menganggap bahwa aku telah bosan dan ingin mencari pelarian lain,
sungguh bukan itu alasanku. Aku hanya saja merasa berhutang banyak padamu, aku
tetap saja merasa bahwa aku terlalu banyak merepotkanmu, terbesit dibenakku
mungkin jika kita berteman seperti semula semua hutangku lunas terbayar padamu.
Tapi ternyata aku salah, bukannya kembali menjadi teman akrab melainkan kamu
pergi menjauh dan menganggapku hanya orang asing disekitarmu.
Kamu selalu bertanya mengapa aku membenci angka itu, dan aku
selalu menjawab dengan jawaban yang sama, aku butuh waktu untuk menjawabnya.
Selalu kau melempar pertanyaan itu, sampai akhirnya aku kalah dan aku menjawab
mengapa aku teramat membencinya. Kulihat kau sedang berfikir, lalu tersenyum
dan ucapan magismu mampu mengubah sugestiku terhadap angka menyebalkan itu.
Sampai pada akhirnya terukirlah KITA di angka yang dulu kubenci, yak au telah
membuktikan bahwa angka itu akan menjadi sesuatu yang selalu kuingat, bahkan
kunantikan. Kini ku merasakannya, kamu sukses.
Mendung sore ini mengingatkanku pada hari itu, memutar semua
roll film di otakku, menayangkan semua tingkah lugumu, menciptakan haru biru
dan ternyata aku benar merindukanmu. Merindukanmu memperlakukanku sebagai
satu-satunya wanita yang pantas dicintai setelah ibumu, merindukanmu menjagaku
ketika kuterbaring seperti hanya kamu obat yang terbaik untuk sakitku,
merindukanmu menungguku dan melempar semangat seperti aku melempar tarian indah
dengan benderaku, merindukan suara beratmu diujung telepon ketika pergantian
tahun, dan aku pun selalu merindukan saat-saat menjemukan ketika harus
menunggumu paduan suara hingga petang. Terlalu banyak hal yang kurindukan,
walau aku sadar kenyataannya kau telah melupakan.
Tak banyak yang ingin ku jelaskan, aku hanya merindukan.
Mungkin ini hukuman untuk aku yang telah mempermainkan. Aku hanya bisa
membohongi diriku sendiri, seakan semua hanya kenangan biasa yang terletak
disudut pandangan. Aku mengelabuhi mereka, dan juga kamu. Aku tak peduli
seberapa besar dosaku terhadapmu, asalkan kau bisa tersenyum, walau ku tahu senyum
itu bukan untukku. Kini aku tahu bagaimana rasanya merindukan sosok yang telah
menghilang, kini aku paham bagaimana perihnya menjadi penonton dibalik layar,
dan kini aku sadar bahwa tak semua pelarian menyembuhkan luka.
Terima kasih telah menjadi sesuatu manis di mimpiku semalam,
walau tak akan pernah lagi kudapati sosokmu semanis itu, aku hanya bersyukur
kau masih mau berkunjung di mimpiku. Aku anggap itu adalah ucapan selamat
tanggal 13-mu untukku, aku tahu kau tidak lupa, dan aku yakin kau menginatnya.
Hanya saja kau muak untuk mengakui keberadaannya.
13 Desember 2011 – 13
Desember 2013
Selamat (gagal) dua tahun, Gixa
Selamat (gagal) dua tahun, Gixa
No comments:
Post a Comment