Diantara kenangan, hujan dan kata bosan. Senyummu yang
terbalut manis dalam bingkai langit, namun tetap saja jadi germuruh hujan
dibatinku. Balutan janji yang belum kau penuhi, aku menanti, kamu!
Terusirku dalam lamunku, jenuh memenuhi labirin-labirin fikiranku, menyisakan sesak didalam hati, aku menangisimu lagi! Dan terus kueja semua tingkah laku serta senyum hangatmu, tapi entah mengapa tak bisa kuartikan seperti sebelumnya. Aku terus berjalan mengikuti langkahmu dengan sabar, menikmati waktu yang merayap lambat dan bagiku itu membosankan dengan semua sifatmu yang menjemukanku. Hatiku terus bertanya dan selalu saja berharap kau menjawabnya, apakah aku ada disana, dihatimu, di urutan pertama sebagai orang yg selalu kau nantikan, seperti halnya aku selalu menantikanmu?
Terusirku dalam lamunku, jenuh memenuhi labirin-labirin fikiranku, menyisakan sesak didalam hati, aku menangisimu lagi! Dan terus kueja semua tingkah laku serta senyum hangatmu, tapi entah mengapa tak bisa kuartikan seperti sebelumnya. Aku terus berjalan mengikuti langkahmu dengan sabar, menikmati waktu yang merayap lambat dan bagiku itu membosankan dengan semua sifatmu yang menjemukanku. Hatiku terus bertanya dan selalu saja berharap kau menjawabnya, apakah aku ada disana, dihatimu, di urutan pertama sebagai orang yg selalu kau nantikan, seperti halnya aku selalu menantikanmu?
Aku selalu memperhatikanmu walau aku selalu bersikap dingin
dihadapanmu, aku selalu mencoba menahan semua amarah dan mendinginkan hati
ketika kamu mendekatkan diri atau menggoda wanita-wanita itu. Aku hanya
membayangkan kapan aku bisa menjadi mereka, yang tanpa melakukan apa-apa bisa
mendapatkan perhatianmu dengan mudah dan kamu pun meresponnya cepat. Inikah
sakitnya merindu, inikah sakitnya menjadi kekasihmu?
Apa sebenarnya yang sedang ku tunggu, begitu juga
sebaliknya. Waktu untuk bertemu? Bukankah kita telah bertemu. Waktu untuk
saling menyayangi? Bukankah kita telah saling menyayangi, atau hanya aku yang
menyayangimu. Atau waktu untuk berpisah, seperti mereka yang telah lelah dan
kalah karena menunggu?
Jangan ajari aku untuk berpaling, jangan! Kamu selalu
menjadi sebuah tujuan, dan persinggahan. Hari ini, disini ku harus menumpahkan
semua kesedihanku karenamu. Aku disini berusaha berlari mengejarmu dengan satu
kaki, bisakah kamu berhenti dan menuntunku? Seperti memindai kabut, aku
membelah sunyi dengan beringsut mengingat kejadian manis sebelumnya, bisakah
kita semanis dulu? Entahlah, aku hanya lelah tetapi aku tak ingin kalah. Mereka
terus berkata mengapa aku memilihmu, ku tulikan telingaku lalu kutebalkan
dinding hatiku, aku masih memilihmu.
Aku tak pernah berharap kamu menjadi seperti mereka ceritaku
dimasa lalu, aku pun tak pernah berharap kamu menjadi sosok penuh kejutan
dihidupku. Hanya saja cobalah rasakan jika kamu berada di posisiku, yang selalu
mengertimu, bersabar untukmu, dan mengalah untukmu tanpa mendapatkan balasan
yang setimpal. Satu yang ku ingat, katamu “biar saja jika ini harus berakhir
seperti kau mengakhiri hubunganmu dengan kekasihmu dulu, karena kamu kalah
untuk bersabar ataupun bertahan”.
Lalu bolehkah aku menangis?
No comments:
Post a Comment