Monday, September 30, 2019

Hanya Teman

Ini tentang kamu, yang semakin dekat dari beberapa bulan lalu.
Kali ini sengaja aku buat rangkaian sajak dan cerita tentang bagaimana aku menghadapi perasaan yang tidak seharusnya ada.

Kamu,
Kamu ada dan sangat jelas dihidupku. Seseorang yang bisa dengan mudah kurindu tapi tidak bisa tersampaikan. Setiap tidak ada kabar darimu, ada rindu yang selalu datang. Aku pikir aku harus mengatakannya padamu, tapi tiba-tiba aku sadar bahwa mungkin bagimu aku hanyalah seorang teman. Setelah itu aku menolak rinduku ada.

Tiap kali aku merindukanmu, aku menahan diri dan membentak hatiku : "Rindu? Siapa yang kau rindu? Siapa yang membuatmu pilu membiru? Dia? Kamu bahkan tidak tahu apakah dia sama sepertimu yang merindukan, mencari-cari ketika hilang atau mungkin tidak sama sekali. Berhenti!"

Kita hanya sebatas teman,
Banyak sekali rindu-rindu yang tidak bisa ku sampaikan. Waktu dan segala bentuk perhatianmu tidak bisa ku artikan sebagai sebuah perasaan lebih dari status kita yang hanya teman. Aku tidak memiliki hak untuk merasa terlalu cemburu dan khawatir dengan kehidupanmu juga sekelilingmu. Aku tidak berhak untuk menyuruhmu untuk tidak terlambat makan, mengingatkanmu akan shalat, mengajakmu bertemu atau nonton konser band favorit masing-masing, merayakan momen-momen bahagia dalam hidupmu, bergantung hingga manja padamu. Aku sadar, memang aku ini siapa? Tidak lebih dari seorang teman bagimu.

Intensitas waktu yang lebih banyak kita gunakan untuk menanyakan kabar, membicarakan kejadian hari ini, menertawakan ini dan itu hingga menjelaskan satu persatu kesedihan yang kita alami, bukan satu-satunya hal yang berhak aku klaim sebagai kebiasaan yang harus kita lakukan ketika aku rindu. Aku juga tidak bisa menanyakan "Kamu rindu aku tidak?", sekalipun kamu bisa sangat mudah ku telepon atau video call dengan alasan selain rindu. Tapi aku hanya tidak mampu menyadari siapa aku di hidupmu.

Setidaknya aku tetap kamu perlukan untuk menjadi temanmu, yang mendengar keluh kesahmu, yang selalu kau libatkan aku dalam permasalahan hidupmu. Aku hanya perlu kamu anggap ada, sekalipun hanya sebagai teman, itu sudah lebih dari cukup.

Bisa?