Sunday, December 13, 2015

Waiting for .


The way sadness works is one of strangest riddles of the world.
---

Menunggu?
Sungguh ini bukan suatu pekara yang mudah. Sejak saat itu menunggu bagiku adalah hal yang paling memuakkan. Dikala apa yang ditunggu itu sulit untuk ditunggu, lalu kapankah penantian ini berujung dan berakhir indah?

           Sama seperti daun jatuh yang tidak pernah membenci keadaan, mengikhlaskan semua kejadian dan membiarkan dirinya jatuh dipermukaan. Bagaimana bisa melawan? Jika dengan menerima keadaan saja sudah menjadi hal paling layak untuknya. Hanya perlu memaafkan dan menerima keadaan, walau dengan kejadian sedih yang menyakitkan.

Ada kalanya kita perlu menerima semua kenyataan bahwa ada orang yang di ciptakan untuk ada hanya di dalam hati kita, bukan di dalam hati kita. Seperti kamu yang selalu membuatku memaafkan seluruh hal yang mungkin wanita lain tidak bisa, tetapi aku bisa. Kamu yang selalu membuatku rindu dan kamu yang membuatku selalu percaya bahwa suatu hari nanti akan hadir sejengkal didepan penglihatan, kembali lalu menetap dalam hati.

            Lekaslah kembali dengan pemikiran serta hati yang telah bersedia menjadi lebih baik. Tak perlu utuh. Karena aku sendiri akan membantumu untuk membuatnya kembali utuh dan lebih baik dari ini. Ambil semua yang kau butuhkan, tapi jangan cabut semua rasa yang kurasakan. Bisakah?

Hari berganti hari, dan aku seperti menunggu tanpa tau apa yang sedang kutunggu. Seperti ingin pergi tanpa tau apa yang harus di tinggalkan. Berdiri di tengah-tengah kondisi yang tidak memberikan kepastian dan perlahan-lahan tersakiti oleh kesunyian. 

Seperti hujan malam ini, kenanganmu jatuh satu persatu ke permukaan, memaksaku untuk menikmatimu dalam balutan kesunyian. Hujan, bukankah kita pernah menikmatinya bersama? Kamu selalu berkata bahwa hujan selalu indah walaupun ada yang selalu indah setelah hujan reda. Memang indah, tidak ada yang salah dengan hujan. Hanya saja hujan selalu membawa kembali bayangmu dalam ingatanku, datang dan kembali tanpa tau bagaimana untuk menghentikannya.

           Mungkin memang benar bahwa sebenarnya pilihan terbaik dalam hidup adalah menerima semua kenyataan. Kenyataan bahwa sekarang bumi sedang berputar dan aku tidak bisa melihat bintang dalam kegelapan malam. Dan seperti halnya semua pertanyaan yang selalu beriringan dengan jawaban, untuk menemukan keduanya, kita membutuhkan waktu. Mungkin sekali lagi waktulah yang menjadi peran utama dalam tragedi penantian tak berujung ini.

Seseorang berkata padaku bahwa :
" Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka ia akan bisa melupakan, dan hidup bahagia. Tetapi jika ia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan."
Tere Liye -Hujan.

Friday, November 20, 2015

Hujan Rindu.



Kita pernah sama-sama berbagi cerita hingga akhirnya kita (hanya) menjadi cerita tanpa akhir bahagia. 

---


Dibawah langit ibukota, Indonesia
Hari ini senja dan hujan sedang bernostalgia.

Aku menatap setiap tetes hujan dari dalam mobil, mengerjap-kerjap memohon agar kali ini aku terbebas akan semua kesedihan yang selalu terjadi ketika hujan tiba.

Hujan memutar kembali semua ingatanku akan sosokmu. Pria pertama yang kutemui di depan pinggir jalan ketika guyuran air dalam kubangan dilewati oleh mobil super cepat yang hendak menyerangku. Dia Alfa, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas ternama di Jakarta.

Sejak saat itu Alfa selalu meluangkan waktu untuk selalu menemuiku. Aku memang tidak sedang melanjutkan studi di Jakarta, hanya ingin singgah beberapa hari untuk suatu perihal. Dan mungkin Alfa menjadi salah satu alasanku untuk memperlama persinggahanku di kota ini.

Hujan.
Dia selalu berkata bahwa hujan adalah salah satu hal yang paling disukainya. Aku selalu menyebutnya pecandu hujan, dan dia selalu menyebutku perindu senja. Sama seperti hujan hari ini, aku masih merasakan aliran air hujan yang dingin ini membasahi ingatanku, memaksaku tuk terus mengingat semuanya. Biarkan ku mengingatmu sekali lagi, mengingat semua perilaku manismu yang mungkin sudah tak bisa kita ulangi lagi.

Dan lagi kenangan ini membawaku kepadamu.
Aku mengaduk-aduk isi hatiku, mengingat akan hal yang paling ku benci, tentang perpisahan. Aku sadar bahwa kita bukan siapa-siapa, hanya dua anak manusia yang bertemu di persimpangan jalan yang menjalin pertemanan baik. Maka seharusnya jarak ini tak mengartikan apa-apa untuk kita. Namun perpindahan keluargaku ke luar negeri saat itu diluar kehendakku. Jika ku bisa memilih aku akan memilih menetap di Jakarta.

Alfa berlari mengejar waktu, meminta semua penjelasan dan kejelasan atas semua ketidak adilan ini. Marah, kecewa dan benci terpapar jelas dalam raut wajahnya. Ada sorot kesedihan yang tersirat dalam sorot matanya. Aku menangis.

"Jaga hatiku baik-baik. Aku sangat teramat menyayangimu. Cepat kembali, untukku." ucapnya lalu memelukku.

Tiga tahun berlalu.

Dan aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia, merencankan suatu kejutan untuk Alfa. Selama ini memang komunikasi kita baik-baik saja, hanya sibuk wajar yang dia utarakan. Ku berjalan menuju apartement tempat dia tinggal. Kosong. Tidak berpenghuni. Ada beberapa potongan pakaian yang berserakan di lantai, kemeja, celana dan pakaian wanita. Entah saat itu benar-benar denyut nadiku seakan berhenti.

Perlahan ku bergerak menjauhi tempat itu sampai akhirnya tanpa sengaja ku menjatuhkan vas diatas meja samping pintu. Terdengar suara pria berjalan dari dalam ruang kamar, dan aku berlari keluar. Pria itu mengejarku dengan pakaian seadanya. Aku berlari sempoyongan, pikiranku berantakan.

"Berhenti! Jangan lari, jangan pergi lagi. Tetap disitu, aku tak akan menyakitimu." ucapnya tegas.

Aku berhenti menahan semua rasa sakit itu dan memberanikan diri menatap kedua mata pria yang tiga tahun ini bersarang didalam hati dan membuat rindu. Alfa. Ya pria itu memang Alfa, pria yang pernah kucintai dengan sepenuh hati namun kini semua tak ada arti lagi.

"Biar ku jelaskan apa yang kau lihat tadi. Ini semua tak seperti yang kau pikirkan." ucapnya.

Aku hanya bisa tersenyum lalu berbalik meninggalkannya. Meninggalkan semua kenangan yang pernah ada bersamanya.

Pria itu berlari dan memelukku.

"Mengapa ini begitu lama? Aku menunggumu. Bisakah kau menetap untuk kali ini, untukku?" 

Satu persatu air mataku berjatuhan. Aku melepaskan pelukan yang sebelumnya memang kuharapkan setelah ku menemuinya. Ku beranikan diri menatapnya.

"Aku memang berniat untuk kembali. Tapi aku salah, aku tidak kembali untukmu. Setelah semua yang kulihat pagi ini di apartementmu. Bagaimana bisa kau berkata untuk ku menjaga hati bahwa kau sendiri tidak? Im dones with this bullshit Alfa, let me go." ucapku.

Entah setelah itu aku berjalan menjauh darinya, samar ku dengar beberapa potong kata yang dia ucapkan. Ya dia tak lagi mengejarku. Ku dengar ada suara wanita mendekatinya. Entah ku tak melihatnya, ku menghambur keluar, melajukan mobil dengan pesat.

Aku kembali ke tempat dimana Alfa pernah membawaku menikmati senja sore itu.

---

Untukmu yang tak tahu menahu tentang hatiku.
Kau adalah senjaku. Gabungan setiap warna jingga yang tak akan pernah lagi kulihat. Keindahanmu akan selalu ada walau tak kasat mata. Aku tak menyesal, hanya kini pagiku telah datang. Pagi yang cerah tanpa hujan. Alfa, terima kasih untuk semua kenangan indah. 
 - D

Sunday, August 9, 2015

Semogaku.


Karena seseorang akan terluka, dan itu membuatku ikut terluka. Jadi kubiarkan matahari tak lagi menerangi semesta. - Katya

---

          Aku menyembunyikan semua kebohongan akan perasaan yang selama ini kupendam jauh di lubuk hatiku, untukmu. Aku tahu kita belum benar-benar berakhir, tapi bisakah kita mengembalikan semua keadaan tanpa ada satupun yang terluka?

Sejak kehadiranmu, aku membatasi perhatianku kepadamu. Bukan karena ku tak menyayangimu lagi, bukan. Aku hanya takut ini hanya permainan bodohmu saja. Ketika aku mulai mengharapkan ketidakpastianmu, kau menghilang. Aku benci terlihat bodoh ketika jatuh hati padamu lagi. Mungkin kini aku akan menjadi orang yang tidak akan lagi mencari-cari sosokmu dalam kesunyian, menjadi orang yang tidak akan lagi merindukanmu dalam kepiluan, dan akan menjadi orang yang akan pergi.

Percayalah, aku telah mempersiapkan semuanya, termasuk keihklasan hati.

Untuk kamu, sebuah kemungkinan yang selalu kusemogakan. Tak pernah ku berhenti berharap kepada Tuhan, semoga setiap kemungkinan itu terkabulkan, termasuk kamu. Aku masih ingat sederet kenangan kita menuju senja hari itu. Kau menyanyikan lagu rindu agar ku selalu ingat bahwa kau akan selalu merindukanku.

Omong kosongkah selama ini?
Ketika ku berusaha mengerti, namun ku semakin tak mengerti. Masihku berusaha memahamimu, namun susahku untuk lebih memahamimu. Semakin ku berusaha melihatmu, namun perlahan samar sosokmu tak terlihat. Mungkin aku harus diam dan berusaha mendengarkan, namun aku merasa bagaikan tuli, tak  lagi bisa mendengarmu, atau memang kau telah pergi?

        Aku tidak kehilanganmu. Tidak semestinya ku merasakan hal itu. Memang pernah ada yang memulai, walau pada akhirnya menghilang. Dan kembali hanya sekali. Ku tahu tak ada sedikit niatmu tuk mempermainkan atau bahkan tak menyelesaikan apa yang telah dimulai. Hanya memberikan sedikit jeda, agar ku merasa apa artinya rindu yang pulang.

Pulang, untuk menyelesaikan masih terjaga atau mengadu rindumu padaku?

Maaf, bukan ku tak mencintaimu atau telah melupakanmu. Tapi sadarkah kemana perginya ketika aku membutuhkan dekapan hangat dan sedikit kecupan ketika aku terjatuh lalu? Ketika kau menikmati seluruh jedamu, kini kau datang tanpa maaf dan rasa bersalah, mengusik kehidupan baruku.

Aku tidak mengusirmu pergi, tetaplah disini.

Tetapi jika kau hendak pergi, kau boleh pergi, juga dengan senang hati bila kembali. Tetapi jika nanti kita bertemu dalam kesempatan yang paling asing, jangan kau tanya tentang rindu siapa yang diam-diam mendoakan, atau tentang dada siapa yang paling berdebar hingga sabar. Cukup dengan diam lalu menerima takdir dan menyerahkan kepada Tuhan. Aku percaya Tuhan telah mempersiapkan rumah kita, tidak perlu seatap di dunia.

         Maafkan aku jika kini dirimu dihatiku hanya sebatas kenangan tanpa kepastian. Karena begitulah selama ini yang kau tanamkan dihatiku. Makin ku memilih, semakin ku tahu bahwa benar yang Tuhan katakan, bahwa "Tidak ada satupun manusia yang bisa memilih". 

Maaf bahwa aku lemah dalam masalah perasaan terlebih untuk memilih perasaan. Karena melihat orang lain terluka, akan jauh membuatku semakin terluka. Kau akan selalu menjadi semoga dalam setiap doa. Senang bisa bertemu dan mencintaimu sedalam ini.

---

Wanita yang akan selalu merindukanmu,
Nhy-

Friday, March 13, 2015

Hujan dan Kamu .


Aku masih percaya bahwa Paulo Coelho pernah berkata bahwa :
"When you want something, all the Universe conspires in helping you to achieve it"
--- 

Hujan sore itu,
mengingatkanku sosokmu. Priyogi. Pria yang ku temui di tengah hujan, ia berlari ke arahku dengan senyum cerianya. Sebegitu cintanya dia dengan anugrah Tuhan yang satu ini. Ia selalu mengajariku rasa bersyukur atas nikmat yang tidak ku sukai. Hujan membawaku kembali pada kenangan lalu bersamamu. Tanpa henti kenanganmu menyeruak masuk dalam hati. Aku menengadahkan kepalaku berhadapan dengan rintikan hujan, kupejamkan mata dan merasakan bayangmu dalam hening. 

Keheningan ini,
mampu mengapungkan semua kenangan akanmu, seketika mengembalikan sosokmu dan cintaku yang hilang, menerbangkan semua amarah dan mengulang semua kejadian manis serta indahnya semua perlakuanmu padaku, dulu.

Masih sedikit kuingat perkataanmu sebelum kau menghilang dalam kegelapan. Kau selalu berkata bahwa tidak ada satu diantara mereka yang akan menjagaku sebaik kamu menjagaku selama ini. Kau selalu berkata bahwa hanya kau yang akan ada dan selalu ada untuk menghapus semua luka serta air mata. Dan aku masih ingat jelas untaian kalimat yang kau sepakati menjadi janji, kau berjanji akan menungguku, menungguku menyelesaikan semua masalahku dan sampai saat itu tiba kau masih tetap disitu, menungguku.

Ternyata semua janjimu hanya kalimat penenang sesaat. 
Pada akhirnya kau ikut menghilang, pergi, meninggalkanku sama seperti mereka yang pernah berjanji akan terus ada dan setia menemaniku disini, sampai hari ini. Hadirnya selalu kurindukan, seperti halnya hujan yang selalu menantikan dirinya jatuh diatas permukaan tanah dan menciptakan aroma kehangatan. 

"Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku, maukah kau memberitahuku? Supaya aku bisa langsung berlari kearahmu, menemuimu." , ucapmu.

Mungkin sekarang tidak akan ada lagi sosok yang berlari menemuiku ketika aku berkata bahwa aku sedang merindukanmu. Mungkin sekarang aku yang harus berlari menemuimu ketika aku mulai merindukan hangatnya pelukanmu.

Aku berusaha mengingat semua kejadian kita dibawah hujan sore itu. Maafkan aku karena tidak bisa mengingat semua secara sempurna, ingatanku memang buruk. Maukah kau membantuku mengingatnya lagi?

Mungkin jika tidak bisa disisiku setiap hari, datanglah setiap malam dalam mimpiku, supaya aku tidak lupa. Tidak harus menampakkan sosokmu disisiku, dengan hadir saja dalam setiap ku mengucap rindu, itu sudah mewakilkan hadirmu dalam balutan hangat rinduku terhadapmu.

Are not you?


---

p.s : you, a man who never moved. rest in peace best, never cant stop missing you.

Saturday, February 21, 2015

Wonderful Indonesia : Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat


"Because the smelt of salt and sand, the power of sun and sky. There is no elixir on this blessed earth like it"
 ---

          Ketika pertama kali ku belajar membaca peta, hal yang pertama ku lakukan adalah bergumam dalam hati untuk menjajahi pulau-pulau indah di Indonesia. Saat itu memang belum begitu paham mana dulu yang akan dijajah, sampai pada akhirnya memutuskan Indonesia Timur.

Indonesia Timur terlalu luas untuk di explore dalam waktu singkat. Well, I choose Gili Island for my first destination. Alasannya? Mungkin karena Pulau Lombok mempunya tiga Gili yang sangat terkenal, tapi honestly alasannya lebih dari itu. Lets we check. 

Gili Trawangan merupakan suatu pulau kecil dimana kita bisa menikmati sunset dan sunrise dalam suatu waktu, karena Gili Trawangan memiliki pantai dibagian Barat dan Timur. Selain itu yang membuat berkesan adalah, di gili-gili ini sudah dipastikan tidak ada kendaraan bermotor. Mulai dari penduduk lokal dan wisatawan difasilitasi dengan sepeda atau kereta kuda atau yang sering disebut cidomo.

Foto ini diambil ketika akan landing di Bandar Udara Internasional Praya Lombok. Bisa kita lihat, terdapat tiga pulau kecil dan itu adalah Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.

By the way, aku flight dari Surabaya. Setelah tiba di Bandar Udara Praya, akhirnya aku memutuskan untuk melanjtutkan perjalanan menggunakan Bus Damri yang memang disediakan oleh pihak bandara. Loket bus Damri ini bisa kalian temukan tepat dipintu keluar bandara. Dengan harga 35,000 perorang kita bisa melanjutkan perjalanan sampai pantai Senggigi. Setibanya di pantai Senggigi, kita harus melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Bangsal. Ada dua opsi, pertama kita bisa menggunakan speedboat yang jelas bisa langsung sampai ke Gili Trawangan dengan biaya yang cukup mahal dan opsi trakhir kalian bisa menggunakan angkutan umum dan atau shuttle car. Dan kebetulan saat itu kita kebarengan dengan wisatawan asal Surabaya, jadi kita putuskan untuk shuttle car dengan biaya total yang nantinya dibagi setiap orangnya. Kita hanya perlu mengeluarkan 50,000 perorangnya, so cheap. 


Setelah sampai di pelabuhan Bangsal, akhirnya one step closer, kita harus memesan tiket untuk penyebrangan dengan kapal ekonomi penduduk lokal. Dengan hanya 36,000 kita bisa menyebrangi laut dan sampai ke Gili Trawangan. Sedikit catatan buat kalian yang memang ingin ke Gili Trawangan dengan menggunakan opsi kedua, jangan terlalu sore karena faktor cuaca yang tidak menentu serta fasilitas penerangan yang tidak memadai. Begitu saran yang kita terima ketika tiba di Lombok saat itu. Cukup memakan 30 menit akhirnya kita tiba di Gili Trawangan. Dan ini benar-benar diluar ekspektasi, pantai yang benar-benar bersih dengan penduduk lokal yang baik dan sangat membantu. Setelah puas sedikit jalan mengitari pulau trawangan, akhirnya kita memutuskan untuk mencari penginapan. Variasi harga dan fasilitas yang disediakan, tapi karna kita gembel traveller jadi kita memilih hostel yang cukup nyaman. Dengan fan, kamar mandi dalam dan springbed akhirnya deal dengan harga 250,000 selain itu kamar yang akan ditempati satunya menggunakan AC dibandrol dengan harga 350,000 masing-masing harga fix untuk tiga hari dua malam selama kita disini. Dengan modal nego sadis akhirnya kita mendapatkan kamar yang pantas selama disini. Setelah kita selesai berbenah, akhirnya kita memutuskan untuk menunggu sunset. 


Ini cafe pertama yang kita tongkrongin. Maaf lupa namanya, yang jelas ini salah satu cafe yang paling asik di gili trawangan. Untuk menu makanannya standart, ada indonesian dan western food.
Kelewatan, daritadi nyebut kita tapi belum ada perkenalan. Hai panggil aku Dee dan sebelahku adalah my secret admirer yang terungkap lol.

Setelah lama menunggu sunset  yang tak kunjung datang, karena mendung, akhirnya kita memutuskan untuk kembali ke penginapan masing-masing. Setelah menyisihkan beberapa menit untuk merebahkan badan akhirnya kita memutuskan untuk kuliner malam. Gili Trawangan memiliki banyak kedai hingga restaurant. Jangan kaget, banyak pertunjukan yang sengaja ditampilkan setiap malam ditepi pantai untuk menarik minat wisatawan dan tak sedikit wisatawan asing yang turut menampilkan aksi mereka. Yeah night life was begin. 

Setelah puas akhirnya kita kembali ke penginapan dan istirahat, menyiapkan energi untuk mengelilingi gili-gili esok pagi.

Selamat pagi. Jadwal pagi ini kita akan snorkeling ke tiga gili, sebelumnya kita harus mengisi perut. Setelah itu kita siap untuk menjelajah didalam air. Gili Trawangan memiliki terumbu karang yang menawan dengan air laut yang masih bersih dan biru. Gili Meno adalah yang paling dalam diantara tiga gili ini, kita bisa menjumpai penyu dan terumbu karang yang tak kalah cantik. Gili Air memiliki perairan dangkal dan banyak ikan kecil yang akan mengeliling kita. Kesimpulannya ketiga gili ini cukup memuaskan mata akan keindahan terumbu karang yang benar-benar masih terjaga. Kita meminta waktu untuk istirahat di Gili Air, ya tidak jauh beda dengan gili trawangan hanya saja Gili Air ini lebih kecil ukuran pulaunya dibandingkan dengan gili trawangan. Overall, masih terlihat sama.

Setelah puas dengan pemandangan dalam air, akhirnya kita memutuskan untuk istirahat mengingat waktu masih tengah hari dan panas-panasnya. Setelah bilas dan istirahat akhirnya kita meneruskan perjalanan untuk mencari sunset  di gili trawangan. Penduduk lokal merekomendasikan lokasi dimana kita bisa menikmati sunset dengan sempurna, Sunset Point. Kita bisa mencapai lokasi itu dengan jalan kaki yang akan menempuh waktu sekitar 45-60 menit, dan kita memutuskan untuk menyewa sepeda dengan harga 50,000.

Dan tibalah kita di tempat yang bernama Sunset Point. Menarik, untuk menikmati sunset  penduduk lokal menyediakan ayunan yang diletakkan tepat ditengah laut, mungkin supaya bisa mengabadikan momen indha bersama sunset, alhasil ayunan tersebut super duper ramai, antri.

Setelah puas bisa ikut foto dengan ayunan, akhirnya kita melanjutkan perjalanan dan mencari spot-spot indah untuk diabadikan. Terlalu banyak spot indah disini, jadi sepertinya gak akan cukup jika postingan ini isinya semua foto kita selama di gili trawangan. Akhirnya setelah asik menikmati sunset, menikmati penampilan dari setiap bar dipinggir pantai, hingga menikmati makan malam. Akhirnya kita jalan-jalan santai mengelilingi sekitar gili trawangan yang masih tersisa. Well, aku ga akan pernah kapok untuk kesini lain kali.

Keesokan harinya kita menyiapkan diri untuk kembali ke rutinitas masing-masing, ya kembali ke Bandung. Perjalanan panjang dimulai, dan hati masih ingin tinggal lebih lama. Suatu saat aku akan kembali.

Kali ini kita memutuskan untuk menggunakan shuttle car dari pelabuhan bangsal ke pelabuhan lembar. Dengan sisa tenaga yang kita miliki akhirnya tibalah kita di pelabuhan lembar. Memesan tiket kapal ekonomi untuk sampai ke Bali, dengan harga 35,000 perorang. Setelah memakan waktu hampir seharian akhirnya tibalah kita di Bali dan perjalanan kita masih panjang. Kita harus mencari bus yang mau menumpangi kita dari padangbae ke gilimanuk dan akhirnya kita mendapatkan bis dengan harga 80,000 perorangnya. Setelah tiba di gilimanuk akhirnya kita harus menyebrang lagi agar sampai ke ketapang dengan kapal feri seharga 10,000 perorangnya.

Setibanya kita di banyuwangi, akhirnya kita memutuskan untuk istirahat di depan indomart depan stasiun banyuwangi baru karna waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi. Ketika pukul 5 pagi akhirnya kita masuk ke dalam stasiun banyuwangi baru dan tidur dikursi tunggu yang disediakan. Lelah yang terbayar. Dari sini kita masih membutuhkan setengah perjalanan hingga tiba di bandung esok hari. Kita menggunakan kereta mutiara timur menuju stasiun gubeng Surabaya, lalu dilanjutkan kereta api mutiara selatan untuk sampai ke stasiun Bandung. And finally setelah perjalanan panjang selama tujuh hari akhirnya kita sampai di Bandung dengan selamat.

Satu dari jutaan destinasi, see you at my another travel post. Thanks for meine-partner.

See you another Summer.

Wednesday, January 7, 2015

You.



I saw you were perfect, and so I love you. Then I saw that you were not perfect , and 
I love you even more.
--- 


Melbourne, January 7, 2014

Mungkin memang benar bahwa mencintai tak harus memiliki, hanya perlu mengasihi satu sama lain. Delapan tahun berlalu. Aku kembali mengingat pria dalam foto polaroid itu. Tak membutuhkan waktu lama setelah ku memejamkan mata, karena sosoknya dengan cepat merekahkan senyum dalam ingatan, membangunkan jutaan kenangan, indah. 



"Jingga..." , ucapku lirih dan tersenyum,

Entah sudah berapa lama rindu ini tak tertuju, tak menemukan alamat tujuannya. Mungkin ada baiknya juga kubiarkan begini, karena jika suatu saat kita dipertemukan akan ada rasa merah muda yang berjatuhan. Hanya saja aku masih tidak memiliki keberanian untuk menemuinya, aku masih ingin merindukannya seperti ini. 


Foto ini selalu berbicara jelas tanpa perlu kata-kata. Hanya dengan memandang dan aku bisa memutar ulang semua rentetan cerita indah di dalamnya. Foto selalu menyimpan kenangan secara nyata. Aku selalu merutuk dalam hati, mengapa kenangan hanya dapat diputar ulang didalam kepala? Mengapa aku tidak bisa memindahkan masa lalu ke masa kini, lalu menjalaninya dan mengulang kisah indah yang sama?


Tanpa kusadari, lagi-lagi senyumku merekah, mengingat semua kenangan yang sangat indah, membuatku geli dan aku merasa sekujur tubuhku menjadi hangat. Walaupun sebenarnya aku sangat sadar bahwa rindu ini tak akan pernah berujung, sekuat apapun ia berusaha, rasa itu tidak akan pernah terbalaskan. Haruskah aku menyerah dengan semua ketidak adilan ini, Jingga?



"Jingga...", ucapku berulang.

Ah mungkin memang tidak seharusnya aku berencana untuk menemuinya. Mungkin saja dia tak pernah merindukanku seperti aku merindukannya selama ini. Mungkin saja hanya aku yang selalu mengutuk diri untuk selalu mencintainya dalam semua kekurangan.


Tiba-tiba hatiku terasa sakit, mengingat hal-hal kecil yang menjadi suatu hal besar dan membuat kita berpisah. Ego kita melawan satu sama lain. Kita berargumen, mengambil jarak, membiarkan ego menjadi tombak, dan berpisah. Andai bisa ku ulangi semuanya, mungkin dulu aku akan lebih memilih untuk diam dan tak banyak menentang. Mungkin sekarang semuanya tak akan seberantakan ini, dan kita masih baik-baik saja. Mungkin.



"Jingga, don't you know? Sometimes I think I could get through the days without you, but the fact I can't!" ,batinku.

Aku pergi menjauhi sekumpulan foto itu. Aku berjalan mencari keramaian dengan tujuan menghilangan kenangan yang masih saja berputar di dalam ingatan. Aku mencoba mencari semua kesalahannya, agar cepat rasa ini pergi dan menghilang. Tetapi aku tidak bisa, semakin aku mengubur kebaikannya, dan menemukan semua kesalahannya, aku semakin menyayangi sosoknya yang hilang. 

Aku menerawang ke langit, ku pejamkan mataku dan merasakan sinar mentari merasuk dalam setiap rongga tubuhku. Hangat. 

Sampai pada akhirnya aku tersungkur ke tanah ketika seseorang menabrakku.


"Sorry. Are you okay? Let me help you." ,ujar pria yang telah menabrakku.


Aku membuka mataku, dan mengerjap. Aku mematung menatapnya. Tiba-tiba ada guratan lembut merasuk dalam tubuhku. Benarkah ini dia? batinku.



"Hi, what are you looking at? Come on standup before everyone here hit you baby." ujarnya dan tersenyum.


Aku masih mematung. Dibawanya aku menjauh dari keramaian, memasuki kedai kopi, Griffito Coffee. Kita duduk berhadapan, dan seperti biasanya, ia menatapku tanpa henti dan tersenyum. Senyum itu, senyum yang mampu membuat wajahku menghangat. Tuhan...



"What are you doing there? Trying to hurting yourself by sit in the road when peoples crazy to walk fastly?" ujarnya.


Aku masih terdiam menatapnya. Bagaimana bisa. Hanya itu kata-kata yang terus berulang didalam benakku. Aku tersenyum melihat dia yang kini sedang sibuk memilihkan kopi terbaik di tempat ini. Aku hanya mengangguk, menandakan aku setuju dengan pilihannya. 



"I dunno why you still silent. I knew silent is gold. But please how can I pay that gold dear? With this your fave coffee, is it okay?" ujarnya menggodaku.


Aku masih merasakan guratan hangat disekitar wajahku. Sudah lama sekali aku tak melihatnya. Dia adalah Wilson, aku memanggilnya Wils. Pria ini tak sengaja ku kenal ketika kita menjadi waiting list  di Cafe ini juga. Sampai ketika hanya tersisa meja untuk dua orang, lalu waitress itu menyarankan ku untuk berjoin  dengannya. Well disinilah kita bertemu kembali. 



"Hi dont look at me like that. Whats wrong with you? Is there any problems with you? Tell me, I'll try to solve it." ,ucapnya mantap.


Entah, dia selalu saja seperti ini, selalu baik. Aku selalu bercerita masa laluku dengannya, dan tentang pria itu juga. Dan dia selalu membantuku menangani semuanya, mengajakku bercanda walau aku sedang tidak ingin. Dia selalu tau apa yang bisa membuatku netral kembali. Dia selalu ada.



"If it because of your ex, I just wanna say something to you. Why you never look around you? There is people who more respect, care and love you the way he is. But Why you still loved him, who never loved you back, is it not hurt you? Can you see me, a boy that always there for you, a boy who always wipe your tears, give your smile even you didnt want to smile, can you?" , ucapnya.


Ya, mengapa aku tidak bisa melihatnya? 

Mengapa aku terlalu buta akan seseorang yang jelas tidak memintaku untuk kembali, yang jelas tidak benar-benar nyata dalam memori. Aku masih belum menemukan potongan jawaban itu, bukan aku yang bisa menjawab, mungkin dia, atau bahkan waktu.


"Baby, please think twice, why you still keep people that never keep you? Why you still cry for people that maybe never remember you? Why? You are too kind and beauty to this one. He left you, and its enough. I never want to see you cry and feeling so blue again. Can I keep you for my self?" ucapnya.


Aku menatapnya, ada kesungguhan dari apa yang ia katakan. Entah apa lagi yang aku pertahankan, mungkin memang benar yang dikatakan Wils, tapi hatiku masih berkata jangan melepaskannya. Aku tersenyum membalas semua ocehan Wils pagi ini. Ku minum dikit demi sedikit kopi ini. Ada pahit yang menyeruak ke dalam kerongkongan mulutku. Sepahit kenangan yang selama ini kupertaruhkan sendirian.



"Wils. Thank for always cheer me up. I knew if the past is over, and I knew you are the best people I had in my whole of my life. But I cant forget him, it just drivin' me crazy Wils. I dont want to hurt you by love you when I am not ready to love. But I love you the way you are, thanks." ucapku lalu pergi meninggalkannya.


Aku melangkah menjauhi Cafe itu dan Wils. Aku menyayanginya, tetapi aku tidak ingin melukainya. Aku mengutuk diriku sendiri yang tidak bisa membuka hatiku untuk orang lain. Aku berjalan, melawan angin, dan menangis. Kali ini bukan sosok pria dimasala lalu yang berhasil membuatku menangis, tapi Wilson lah yang mampu membuat hatiku lebih nyeri. 


Seseorang memeluku dari belakang, dan berkata,



"Do not left me like that Baby, it is hurt! Please see me, I do not care. I will trying best to make you like me crazy than him." ucapnya bergetar.


Aku membalikkan tubuhku dan menatapnya. Wils, sebegitukah rasamu padaku. Aku tidak pernah merasa dikejar seperti ini. Dia, seseorang yang kucinta tak pernah mengejarku sepertimu. Apa ini suatu jawaban dari jutaan pertanyaan yang mengatung di awan-awan?



"Wils. I am done, past is over. And I will try with you.."  ucapku terisak.


Tanpa kusadari, perlahan wajahnya mendekat, mendaratkan sentuhan lembut pada permukaan bibirku. Mataku terpejam. Seluruh tubuhku menghangat. Aku mematung, hampir jatuh, dan tangan Wils seketika melingkar di pundakku. Menenggelamkanku dalam tubuh bidangnya.



---

His kiss,
crashing waves on an empty beach. The rhythm of our heart. Two of us drowning lovers lost at sea.My lips adrift in yours. 
- Michael Faudet