Thursday, January 2, 2014

Memapah rindu

Untuk lelaki yang tak pernah lelah membahagiakanku...
         Sore ini entah apa yang membawamu mengingatnya, lalu menangis karenanya. Kukira kau sudah tak ingin mengingatnya. Bukankah telah lama kau tak ingin menginjakkan kakimu ke rumah barunya, lalu mengapa kali ini kau datang. Lantas bisakah kusebut ini sebuah rindu?


“Mbak, kamu lagi apa? Papa lagi dimakam mamamu ini” ,tanyanya dengan suara berat.

“Aku gak ngapa-ngapain, tumben kesana pa? Papa gak kenapa-napa kan? Gak takut dimarahin istri baru?” ,balasku seenaknya.

“Gak tau alasan apa aku ada disini, yang jelas papa kangen mamamu. Entah mengapa tiba-tiba papa sangat rindu dengan mamamu, maka dari itu papa sempetin mampir kesini” ,tangisnya pecah memburu.

Hening, lidahku kelu, serasa desiran darahku berhenti dan nadiku membeku. Air mataku tergenang dipelupuk batasan air mata dan tak sanggup kutahan. Lelaki itu menunggu balasanku, tapi entah aku tak bisa berkilat lidah untuk membalasnya, aku menangis.

“Mbak, kamu jaga diri baik-baik ya. Cuma kamu sekarang yang papa punya, papa gak punya siapa-siapa lagi mbak, kamu orang yang paling berharga buat papa setelah mamamu” ,suaranya beradu dengan deruan tangis.

“Iya pa, sebisa mungkin aku selalu ada buat papa. Papa jaga diri baik-baik ya, aku juga merindukan mama sama sepertimu” ,jawabku dengan suara berat

“Iya mbak, papa merindukan mamamu. Entah mengapa seberat ini, kamu baik-baik disana” ulasnya lalu memutus saluran telepon.
Pikiranku jauh melayang memutar semua kejadian yang sudah-sudah, hatiku sakit. Entah mengapa semua jadi serumit ini, aku harus pasrah menerima dan menjalani semua seperti kemauannya. Aku berusaha sabar dan sebisa mungkin untuk tegar, berpegang terguh dengan prinsip bahwa aku akan terus bahagia untuknya. Hujan sore ini benar-benar ikut larut dalam kerinduanku terhadapnya, akankah takdir mempertemukanku dengannya? Aku dan kau sama-sama merindukannya, mungkin dia juga merindukan kita terutama padamu, maka dari itu kau digiring kerumahnya untuk sesekali berkunjung dan merasakan betapa dinginnya dibalut oleh kesepian.

16 : 16
Wonogiri - Jawa Tengah, Indonesia

No comments:

Post a Comment