Sunday, July 20, 2014

First cut and deepest



“It is difficult to know at what moment love begins,
it is less difficult to know that it has begun”
 

Henry Wadsworth Longfellow

                Sesuatu  yang membuatmu pergi, pada saatnya akan menjadi sesuatu yang membawanya pulang kembali. Sesuatu itu berwujud satu, tetapi memiliki dua nama yang berbeda, luka dan kenangan. Yang satu membuatmu ingin melangkah jauh, dan satunya lagi memaksamu untuk mendekat .
Seseorang di halaman lama terus saja bermunculan dalam ingatan, ketika aku sudah mulai menata dan mebuka hati dengan lembaran yang baru. Seakan jalan di tempat, membiarkan dia yang dulu pernah ku sayangi tetapi pada akhirnya dia lebih memilih orang lain, dan kini membiarkan  bayangnya untuk tetap tinggal dalam hati. Bagiku, sepahit apapun hal yang pernah dia berikan, akan selalu terasa manis jika dialihkan dengan kenangan-kenangan yang pernah kita jalani berdua. Tidak semua wujud mencintai harus menjadi sebagian dari hidupnya atau membiarkan seluruh penghuni galaksi bimasakti mengetahui status hubungan kita. Terkadang wujud mencintai bisa juga berupa memilih untuk pergi dan membiarkan dia pergi atas kebahagian yang ingin dia cari, walaupun bukan denganku. 

Menyakitkan adalah ketika kamu kembali, menawarkanku kasih sayang yang kukira itu adalah cinta, tetapi kenyataannya semua dijadikan permainan semu yang meletakkan aku sebagai korban. Lantas, apakah masa depan yang selalu kau bisikkan hanyalah impian yang takkan pernah menyentuh kenyataan? Lalu apa arti dari semua perhatian yang hanya kutujukan secara khusus untukmu? Apakah semua yang kulakukan tak pernah terasa special dalam hari-harimu?

Semua sangat begitu asing, walau pada awalnya kita pernah merancang semua mimpi kita bersama. Kini yang kulihat hanya semua angan dan hayalan kita yang melambung tinggi dan mungkin akan kubiarkan harapan itu menghilang tersapu oleh angin. Aku belajar ikhlas dari rasa kehilangan, mungkin ini semua balasan untukku karena pernah membuatmu sakit. Tetapi satu hal yang harus kau tau, kemana pun arah kaki ini melangkah, pada akhirnya ia berjalan menujumu. 

                Telah kulupakan permainan sengit yang kau buat. Aku menghardik langkahku untuk menjauhimu, aku memaksa hatiku untuk menutup rapat semua kenangan tentangmu, dan aku terus berusaha mematikan seluruh saraf otakku agar bisa membunuh semua memori akanmu. Apakah aku jahat? Setelah sekian lama dengan jarak sejauh ini aku masih bisa merindukanmu dalam diam, mencintaimu dalam memori, dan ditemani bayanganmu dalam sepi, tetapi kau lebih memilih dia yang entahlah aku tak ingin membandingkanku dengan wanita itu. Karena akan terlalu menyakitkan jika kupilah satu persatu akanku dengan dia. 

Jarak memudarkan bukti perasaan. Mungkin karena mimpimu dan mimpiku berbeda, perasaanmu dan perasaanku tak lagi sama, rosario digenggamanmu dan tasbih dalam genggamanku; kita berbeda. Pada awalnya aku menerima perbedaan ini, dan akan berusaha menerima segala cobaan yang telah menanti kita diujung jalan. Karena bagiku, perbedaan akan menyatukan segalanya, kelebihanmu akan menutupi kekuranganku, begitu pula sebaliknya. Namun ternyata cinta bisa membuatku tanpa sadar berkorban untuk seseorang yang bahkan tak lagi menganggapku ada. Satu lagi hal yang menyakitkan, ketika harus mengingat semua pengorbanan yang pernah kulauin tanpa pamrih.

                Kali ini aku tak ingin mengetahui semua tentangmu disana, cukup aku mendengar bahwa kamu baik-baik saja itu sudah memuaskan hatiku. Akan ada saatnya keadaan berbalik, kamu yang diam-diam mengenang tentang kita, merasa tersakiti oleh kerinduan, dan aku akan tertawa puas dengan seseorang suatu saat nanti. Aku pun tak ingin pesimis, menganggap bahwa aku tak akan berhasil melupakanmu. Kau memang yang pertama yang bisa membuatku jauh lebih dari berarti, tetapi tak selamanya yang pertama akan menjadi yang terbaik. Aku cuma butuh waktu dan kesiapan, untuk menemukan yang terakhir dan kesiapanku menguncimu serta kenangan kita rapat-rapat disudut kenangan.

Je me souviens, phy.

No comments:

Post a Comment