Monday, December 12, 2016

Sebentar yang kuharap Selamanya.


          Jika mencintaimu adalah kesalahan, maka kesalahan keduaku adalah mengingatmu secara sengaja. Mengingatmu sama seperti menancapkan duri dalam hati, terasa sakit namun aku tidak bisa berhenti. Kau selalu berkata untuk sesuatu yang pasti, dan ku menyimpanmu dalam hati.

Aku dan kamu (mungkin) telah sama-sama lelah. Kamu yang lelah mengingat bahwa ada aku yang menunggumu begitu sabar dengan ribuan luka yang bertebaran, sedangkan aku lelah berharap kamu mengingatku sebagai wanita yang dulu kau sebut berharga.
"Andai saja suatu saat tiba-tiba putus asa itu hadir diantara kita, berhentilah. Berhentilah sejenak, toleh ke belakang. Lihatlah betapa jauh perjalanan yang telah kita susuri dan betapa besar pengorbanan tanpa tepi yang kulalui ini, untukmu."
Sesak.

          Ketika harus mengingat semua ucapan tulus yang sering kau sebut itu janji, kini tidak ada lagi. Jangan tanya mengenai luka, karena tidak akan bisa kuutarakan. Perihal luka yang sempat kau goreskan, akan selalu kupendam sedalam-dalamnya dalam diam. Agar hanya kebahagiaan yang selalu kau genggam dengan siapapun disana.

Ternyata aku mulai lelah mengingat yang telah terlewat, tentang aku, kamu dan kita. Aku sudah bisa mengikhlaskan semuanya, termasuk kau dan dia. Tetapi maaf ternyata menerima kenyataan bahwa kau tak lagi ada untukku , itu cukup susah. Biarkan semua rasa dan luka ini menjadi seperti sisa hujan yang pada akhirnya akan mengering disaat waktunya tiba.

Doaku, semoga kau selalu bahagia dipelukannya.

No comments:

Post a Comment