Friday, February 8, 2019

Mr. Always Right (part 1)


          Mungkin memang benar kata orang, bahwa mencintai tidak harus memiliki. Mencintaimu contohnya; aku tidak perlu memiliki ragamu untuk membuktika bahwa rasa ini benar ada. Dengan aku melihatmu sehat, hidup dengan baik, bahagia dan selalu tersenyum, meski bukan aku alasan dibalik semuanya, namun itu sudah lebih dari cukup. Ya, aku memang pengecut, yang diam-diam menyimpan hati untukmu, yang membiarkan rasa itu terus tumbuh tanpa sepengetahuanmu, dan yang hanya bisa mengagumimu dari jauh, hingga tanpa ku sadari dua tahun telah berlalu.

Kamu menciptakan rasa nyaman, kamu membuatku penuh harap akan kita, namun seketika kamu buat itu semua runtuh. Kamu membuatku terbang, namun dengan sengaja kamu pergi menghilang. Tidak sekali dua kali aku merasa diperlakukan tidak adil olehmu, diperlakukan tidak sebagaimana aku memperlakukanmu. Dan yang menyebalkan adalah melihatmu biasa saja, tidak merasa bersalah sedikit pun atas semua itu. Mungkin aku yang terlalu berekspektasi atau menaruh harapan yang berlebih akan kita. Beberapa kali aku memutuskan untuk menjauh, namun bodohnya langkahku selalu kembali padamu. Dan pada akhirnya aku selalu memaafkan segala kesalahanmu, memaklumi semua omong kosongmu, mempercayai semua janjimu, meski sebenarnya aku tahu bahwa suatu hari nanti kamu akan mengulanginya lagi. Bodoh!

          Kamu selalu merasa bahwa semua yang kamu lakukan selalu benar, tidak ada satupun yang boleh mengkoreksi apalagi memperbaiki. Sedangkan kamu selalu melihatku sebagai objek yang selalu melakukan salah, tanpa kamu mau tau mendengar dan mencoba untuk memahami segala bentuk penjelasan. Tidakkah kamu tahu bahwa dunia tidak hanya mengitarimu? Tidakkah kamu sadar, bahwa tidak semua manusia diciptakan untuk sependapat denganmu dan mengerti kamu? Mungkin saar ini hany ada aku yang selalu menerima segala perlakuan dan kekuranganmu, yang diam-diam tanpa disadari kamu melukaiku. Mengapa selalu aku yang memperjuangkan kamu, mempertahankan kita? Mengapa?

Banyak hal yang tidak kamu sadari, begitu pula dengan batasan sabar dan lelahku dalam menghadapimu. Yang suatu saat bisa habis, yang suatu hari nanti membuatku dengan mudah untuk meninggalkanmu.

- Btl.

No comments:

Post a Comment